Sabtu, 05 April 2014

SEKOLAH SEBAGAI ORGANISASI



 PENDAHULUAN

Sekolah adalah  sebuah konsep yang mempunyai makna ganda. Pertama, sekolah berarti suatu bangunan atau lingkungan fisik dengan segala perlengkapannya yang merupakan tempat untuk menyelenggarakan proses pendidikan tertentu bagi kelompok manusia tertentu. Dengan demikian, apabila kita mendengar perkataan “sekolah” maka yang terbayang adalah lingkungan fisik seperti  itu. Bayangan sekolah sebagai lingkungan fisik seperti itu diperkuat dengan keseragaman relative mengenai bentuk bangunan dan perlengkapannya,sehingga dapat dikatakan bahwa kondisi fisik sekolah-sekolah yang sejenis dan setingkat relative sama. Kedua,sekolah berarti suatu proses atau kegiatan belajar mengajar. Kita bisa menggunakan istilah “menyekolahkan” anak, atau mengatakan”anak  saya bersekolah SMP Negeri 1”. Dalam hal ini apabila mendengar perkataan”sekolah”maka yang terbayang di kepala kita adalah proses pendidikan itu sendiri.
Jadi dalam hal ini sekolah dipandang sebagai sebuah pranata untuk memenuhi kebutuhan khusus tertentu. Bisa juga “sekolah”diartikan sebagai sebuah organisasi ,yaitu organiasi social yang mempunyai struktur tertentu yang melibatkan sejumlah orang dengan tugas melaksanakan suatu fungsi untuk memenuhi suatu kebutuhan. Sesungguhnya ketiga pengertian itu selalu berdampingan,karena proses belajar berjalan dalam sebuah lokasi dan diselenggarakan oleh organisasi yang mempunyai struktur dan tujuan tertentu. Penampilan keterpaduan antara ketiga makna tersebut dipengaruhi oleh berbagai factor seperti jumlah,tingkat usia, serta karakteristik lain yang menandai orang-orang yang terlibat didalamnya serta tujuan,program kerja dan kegiatan yang dilaksanakan,lama waktu penyelenggaraan,dan pendekatan yang digunakan. Akan tetapi diantara semuanya itu terdapat persamaan yaitu bahwa setiap lembaga yang dinamakan sekolah berperan mengurusi manusia,bukan mengurusi benda-benda mati.
Dalam hal ini Setiap sekolah memiliki komponen-komponen sarana fisik seperti lahan,bangunan (kantor, ruang belajar,jamban,dan lain-lain),kurikulum,dan orang-orang (guru,pimpinan,karyawan non edukatif, dan pelajar). Komponen-komponen tersebut menyumbang dengan fungsi dan perannya untuk keberhasilan lembaga. Sebagai sebuah system,sekolah mempunyai keterkaitan dengan sistem lain yang jumlahnya tidak sedikit. Sistem luar itu meliputi antara lain orang tua siswa,komuniti sekitar sekolah dll. Pola hubungan antara sekolah dengan system lain diwarnai dan diisi dengan informasi-informasi yang berarah timbale balik. Input atau timbal balik itu dapat berupa dorongan bagi sekolah untuk mengadakan perubahan pada struktur atau interaksi edukatif di dalamnya atau untuk mempertahankan yang telah ada. Umpan balik yang menimbulkan perubahan disebut morfogenis,sedangkan yang mendorong untuk mempertahankan corak struktur dan interaksi yang telah ada dinamakan umpan balik yang bersifat morfostatis.










PEMBAHASAN
A.    PENGERTIAN SEKOLAH SEBAGAI OARGANISASI

1.      Sekolah
            Kata sekolah berasal dari bahasa latin, yakni skhole, scolae, skhoe atau scolae yang memiliki arti waktu luang atau waktu senggang, dimana ketika itu sekolah adalah kegiatan diwaktu luang bagi anak-anak ditengah kegiatan mereka, yakni bermain dan menghabiskan waktu menikmati masa anak-anak dan remaja. Kegiatan dalam waktu luang adalah mempelajari cara berhitung, secara membaca huruf dan mengenal tentang moral ( budi pekerti ) dan estetika ( seni ). Utuk mendampingi dalam kegiatan scola anak-anak didampingi oleh orang ahli dan mengerti tentang psikologi anak, sehingga memeberikan kesempatan-kesempatan yang sebebsar-besarnya  kepada anak – anak untuk  menciptakan sendiri dunianya melalui berbagai pelajaran diatas.[1]
            Kini, kata sekolah dikatakan sunarto (1993 ), telah berubah berupa bangunan atau lembaga untuk belajar dan serta tempat memberi dan menerima pelajaran,. Sekolah dipimpin oleh seorang kepala sekolah, dan kepala sekolah dibantu oleh wakil kepala sekolah, jumlah kepala sekolah bisa berbeda pada tiap sekolahanya, tergantung dengan kebutuhan. Bangunan sekolah disusun meninggi untuk memenfaatkan tanah yang tersedia dan dapat diisi dengna fasilitas yang lain. Ketersidiaan sarana pada suatu sekolah memiliki peranan penting dalam terlaksanakan proses pendidikan.[2]
            Sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang un tuk pengajaran siswa atau murid di bawah pengawasan pendidik ( guru ). sebagian besar negara memiliki sistem pendidikan formal, yang umumnya wajib, dalam upaya menciptakan anak didik agar mengalami kemajuan setelah melalui proses pembelajaran. Nama- nama sekolah ini berfariasi menurut negara, tetapi umumnya termasuk sekolah dasar untuk anak – anak muda dan sekolah menengah untuk remaja yang telah menyelesaikan sekolah dasar.[3]
            Ada pula sekolah non pemerintah, yang yang disebut sekolah swasta ( private schools ). Sekolah suwasta mungkin untuk anak- anak dengan kebutuhan khusus ketika pemerintah tidak bisa memberi sekolah khusus bagi mereka, keagamaan, seperti sekolah Islam ( madrasah, pesantren ) ; sekolah kristen, sekolah katolik, sekolah Hindu, sekolah Buda atau sekolah khusus lainya yang memeiliki standar lebih tinggi  untuk memepersiapkan prestrasi pribadi anak didik.[4]
2.      Organisasi
  Robert Presthus dalam bukunya The Organizational Society (1962) menyatakan bahwa masyarakat kita merupakan yang terdiri dari organisasi-organisasi.[5] Pernyataan tersebut menunjukkan betapa organisasi telah menjadi fenomena yang menonjol dalam kehidupan.  Jadi  organisasi merupakan kumpulan orang-orang  yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.
Menurut Sondang P. Siagian organisasi adalah setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja sama untuk sesuatu tujuan bersama dan terikat secara formal.[6]
 Atmosudirdjo berpendapat bahwa organisasi adalah suatu bentuk kerja sama antara sekelompok orang-orang berdasarkan suatu perjanjian untuk bekerja sama guna mencapai tujuan yang tertentu.[7]
            Dari pendapat para ahli di atas dapat kita simpulkan bahwa organisasi adalah sekelompok orang yang memiliki visi dan misi sama yang saling berkaitan yang tidak dapat diganggu gugat dengan yang lainnya, sehinnga organisasi itu dapat berjalan dengan lancar dan sebagaimana mestinya.

3.      Sekolah Sebagai Organisasi
             Sekolah sebagai organisasi adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan Negara. Sebagai makhluk  yang selalu hidup bersama-sama, manusia membentuk  organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri.  Terbentuknya lembaga sosial berawal dari individu yang saling membutuhkan kemudian timbul aturan-aturan  yang dinamakan norma kemasyarakatan . lembaga sosial sering pula dinamakn pranata sosail. [8]
     Philip Robinson (1981) menyebut sekolah sebagai organisasi yaitu unit sosial yang secara sengaja dibentuk untuk tujuan-tujuan tertentu. Sekolah sengaja diciptakan untuk tujuan tertentu, yaitu memeudahkan pengajaran sejumlah pengetahuan.[9]
Sekolah sebagai organisasi memiliki perbedaan dengan organisasi lainnya, sebagai contoh dengan organisasi pabrik atau klub sepak bola. Secara umum, yang membedakan segala organisasi dari organisasi yang lainnya tujuan yang ingin dicapai. Sebuah pabrik sepatu dipastikan memiliki tujuan menghasilkan barang-barang jadi berupa alas kaki, sedangkan sekolah bertujuan menghasilkan individu-individu yang terdidik.[10]          

B.     SEKOLAH SEBAGAI ORGANISASI PEMBELAJAR
            Era global sekarang dengan tingkat perubahan yang sangat pesat mengakibatkan banyak ketidakpastian masa depan yang dilalui. Dengan ini menuntut setiap organisasi untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi permasalah tersebut. Berkaitan dengan lembaga pendidikan seperti sekolah, Hoy dan Miskle (2001) menyatakan perlunya sekolah menjadi organisasi pembelajar.[11]
            Menurut Bischoff organisasi pembelajar adalah organisasi yang mencari untuk menciptakan masa depannya, menjadikan pembelajaran sebagai proses kretif yang terjadi berkesinambungan bagi seluruh anggotanya, mengembangkan, beradaptasi, dan mentransformasikan dirinya dalam menjawab kebutuhan serta aspirasi orang – orang di dalam organisasi ataupun luar organisasi baik secara individu maupun kolaktif untuk terus meningkatkan kapasitas mereka dalam berkarya sesuai dengan perannya dalam organisasi.
            Sekolah pada dasarnya merupakan lembaga tempat di mana proses pembelajaran terjadi terutama dalam pemahaman konvesional, di mana belajar dilakukan oleh siswa dan guru berupayah untuk membelajarkan siswa agar dapat mencapai kompetensi yang diharapakan. Belajar dan pembelajaran siswa akan makin meningkat dan berkualitas apabila seluruh unsure dalam organisasi sekolah meningkat dan berkualitas sehingga kapasitas organisasi sekolah terus mengalami peningkatan dan perluasan kearah yang lebih baik dan produktif dalam perubahan dewasa ini.
            Sebagai lembaga pendidikan tempat terjadinya proses pembelajaran maka mengelola organisasi sekolah memerlukan kebijakan manajemen dan kepemimpinan yang dapat memberi ruang bagi tumbuh dan berkembangnya kreativitasnya dan inovasi. Oleh karena itu, organisasi perlu mengelola hal tersebut secara efektif untuk dapat menumbuhkan sinergitas dalam organisasi di antara berbagai individu yang terlibat di dalamnya.
C.    FUNGSI- FUNGSI SEKOLAH SEBAGAI ORGANISASI DAN SASARAN ORGANISASI SEKOLAH
            Sekolah sebagai organisasi sosial dalam sosiologi, peran dan fungsinya sebagai berikut :[12]
1.      Fungsi manestifasi pendidikan
Yaitu membantu orang mencari nafkah ; menolong mengembangkan potensinya demi pemenuhan kebutuhan hidupnya ; melestarikan kebudayaan dengan cara mengajarkanya kepada generasi kegenerasi berikutnya; merangsang partisipasi demokrasi melalui pengajaran keterampilan berbicara dan mengembangkan cara berfikir rasional dan lain-lain
2.      Fungsi laten lembaga pendidikan
Dimana fungsi ini bertalian dengan fungsi pendidikan secara tersembunyi yakni menciptakan atau melahirkan kedewasaan anak didik.

Dikatakan Horton dan Hurt( 1996 ) bahwa ada empat jenis sasaran organisasi sekolah. Tiap sasaran meliputi titik tolak pandangan terhadap organisasi sekolah dari empat pandangan itu, diharapkan dapat memahami tentang organisasi sekolah. Yaitu :[13]
Pertama, sasaran formal dimana ruang lingkup sasaran ini meliputi tujuan formal dari suatu organisasi, wujud dari sasaran ini tercantum dalam aturan-aturan tertulis. Tuntutan formal organisasi menghendaki agar tugas dan tanggung jawab dalam penyelenggaraan sekolah Untuk mencapai tujuan dibagi secara merata dengan baik sesuai dengan kemampuan, fungsi dan wewenang yang telah ditentukan. Melalui stuktur  organisasi yang ada, tercermin adanya tugas dan wewenang kepala sekolah, tugas dan guru dan staf administrasi sekolah.
Kedua, sasaran informal, dimana tidak sepenuhnya bekerja sesui dengan ketentuan formal. Dalam banyak hal, lebih dimodifikasi oleh tiap anggotanya sesuai dengan kapasitas pemaknaan kesadaran mereka tentang organisasi. Di sekolah seorang kepala sekolah mungkin mendapat tanggung jawab sebagai pemimpin dan penguasa formal tertinggi. Akan tetapi, pemnerimaan dan pola fikir serta tingkah laku kepala sekolah merupakan konstruksi pemahaman subjektifnya dalam kelangsungan hubungan dengan berbagai pihak dilingkungan sekolahnya. Jadi, sasaran informal merupakan interprestasi dan modifakasi sasaran – sasaran formal dari seluruh anggota yang terlibat langsung pada wadah organisasi. Sasaran ini mencakup pula persepsi masing – masing indifidu dan menjadi tujuan kegiatan pribadi dalam organisasi. Masing – masing siswa tentunya memiliki tujuan yang berfariasi dalam kelangsungan setatusnya sebagai pelajar. Mungkin ada yang berharap mendapat prestasi akademik tinggi atau memperoleh ijazah, serta ada juga yang hanya menjalankan taradisi masyarakat. Seorang pendidik mungkin hanya untuk mencari gaji, tetapi sebagianlainya masih memiliki loyalitas dan komitmen sebagai pedidik.
Ketiga, sasaran idealogis. Seperti tersirat dalam istilah tersebut, sasaran idealogis bertalian dengan seperangkat sistem eksternal atau sistem nilai yang diyakini bersama. Dalm hal ini, nuansa budaya pada pengertian sebagai suati sistem pengetahuan, gagasan dan idea yang dimiliki suatu kelompok masyarakat yang berfungsi sebagai landasan pijak dan pedoman bagi masyarakat itu dalam bersikap dan berorilaku dalam lingkungan alam dan sosial tempat mereka bernaung . hal inimerupakan penjabaran dari pengaruh idealogis terhadap organisasi.  Sasaran ini mayoriti pengaruh interaktif kultural idealogis yang dianut oleh sebagian besar manusia dalam manangkap,menyikapi dan merespons ekstensi organisasi. Suatu bangsa umumnya memiliki semangat yang tinggi untuk meraih prestasi vertikal, sementara sekolah merupakan wadah yang cukup strategis bagi mansia untuk menopang ambisi mobilitas vertikalnya. Maka, bisa diamsusikan hampir sebagian besar warga sekolah maupun masyarakat akan mengarahkan keyakinan kultural tersebut dalam memaknai keberadaan sekolah.
 Keempat, sasaran-sasaran lain yang kurang begitu kuat. Penekanan sasaran ini akan menonjol pada suatu proses aktifitas organisasi yang biasa. Berkurangnya pendaftaran di dekolah-sekolah dan universitas dapat mengubah secara luas peran para pendidik atau organisasi ruang sekolah, termasuk rasioi pendidik ( guru ) terhadap anak didik ( siswa ) beserta kelas – kelas yang terpesialisasi . jika tidak, sejumlah pendidik akan menganggur.
Dari pendapat Horton dan Hurt ( 1996 ) tentang jenis sasaran sekolah di atas, mengisaratkan suatu pola pandang berbeda dari pandangan umum tantang sekolah. Sebagai organisasi, sekolah bukan hanya sekedaar tumpukan peran-peran tumpukan struktural yang kakau, statis dan jalur kerja yang serba mekanistis belaka. Mekanisme itu mengalam dinamika akualisasi melalui aneka ragam interpretasi para anggota yang melatarbelakangi perilaku manusia dalam mengembangkan peran dan status yang berbeda beda.[14]

D.    FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SUSUNAN ORGANISASI SEKOLAH 
            Ada beberapa faktor yang dapat memepengaruhi perbedaan dalam susunan organisasi sekolah, antara lain :[15]
1.      Besar kecilnya sekolah
Ada sekolah yang mempunyai banyak merid, banyak guru dan banyak pula ruangan belajarnya, tetapi ada pula yang sebaliknya. Ada sekolah yang banyak murid-muridnya, tetapi tidak cukup guru-gurunya, tidak cukup ruangan belajarnya, dsb
2.      Letak sekolah
Sekolah yang berada dikota besar berlainan sekolah di kota kecil, dikota kecamatan, di pegunungan, dipinggir pantai, dsb. Letak sekolah atau lingkungan sekolah menentukan tokoh-tokoh masyarakat siapakah yang perlu diikut sertakan  didalam membangun dan membina sekolah itu.
3.      Jenis dan tingkatan sekolah
Sekolah kejurusan berbeda dengan sekolah umum, sekolah dasar berbeda dengan SLP/SLA, dan berbeda pula dengan perguruan tinggi.

E.     PENTINGNYA ORGANISASI SEKOLAH YANG BAIK
            Sekolah, sebagai suatu lembaga pendidikan yang didalamnya terdapat kepala sekolah, guru-guru, pegawai  tata usaha dan murid-murid, memerlukan adanya organisasi yang baik agar jalanya sekolah itu  lancar menuju kepada jalanya.[16]
            Menurut sistem persekolahan di Negeri kita, pada umumnya kepala sekolah merupakpan jabatan yang tertinggi  di sekolah itu sehingga dengan demikian kepala sekolah memegang perananan dan pimpinan segala sesuatunya yang berhubungan dengan tugas sekolah dengan demikian kepala sekolah memegang peranana dan pimpinan segala sesuatunya yang berhubungan drngan tugas sekolah ke dalam maupun keluar. Maka dari itu, dalam stuktur organisasi sekolah sekolah pun kepala sekolah biasanya selalu didudukan di tempat yang paling atas.[17]
            Fktor lain yang menyebabkan perlunya organisasi sekolah yang baik ialah karena tugas guru-guru tak hanya mengajar saja juga pegawai- pegawai tata usaha, pesuruh dan penjaga sekolah dan lain-lain. Semuanya harus bertanggung jawab dan didkut sertakan dalam menjalankan roda sekolah itu secara keseluruhan. Dengan demikian agar janga terjadi tabrakan dalam memegang atau menjalankan tugasnya masing-masing, diperlukan organisasi sekolah yang baik dan teratur.[18]
            Dengan organisasi sekolah yang baik dimaksudkan agar pembagian tugas dan tanggung jawab dapat merata kepada semua orang sesuai dengan kecakapan dan fungsinya masing- masing. Tiap orang mengerti dan menyadari tugasnya dan tempatnya didalam setruktur organisasi itu. Dengan demikian dapat dapat dihindari pula adanya tindakan yang sewenang-wenang atau otoriter dari kepala sekolah, dan sebaaliknya dapat diciptkan danya suasana yang demokratis didalam menjalankan roda sekolah ini.[19]











KESIMPULAN
            Sekolah sebagai organisasi adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan Negara.
            Sekolah sebagai organisasi sosial dalam sosiologi, peran dan fungsinya sebagai berikut :
1.    Fungsi manestifasi Pendidikan
2.    Fungsi Laten Lembaga Pendidikan
            Ada beberapa faktor yang dapat memepengaruhi perbedaan dalam susunan organisasi sekolah, antara lain :
1.      Besar Kecilnya Sekolah
2.      Letak Sekolah
3.      Jenis dan Tingkatan Sekolah








DAFTAR PUSTAKA
Idi, Abdullah. 2011. Sosio Logi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada
SuharSaputra, Uhar. 2013. Administrasi Pendidikan. Bandung : Refika Aditama
Mahmud. 2012. Sosiologi Pendidikan. Bandung : Pustaka Setia
Purwanto, Ngalim. 2010. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung : Remaja          Rodaskarya



       [1] Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta : Rajagarafindo Persada, 2011),hlm.142
       [2] Ibid.,
       [3] Ibid.,
       [4] Ibid, 143
       [5] Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan ( Bandung : Refika Aditama, 2013 ), hlm.26
       [6] Ibid, hlm. 27
       [7] Ibid.,
       [8] Abdullah Idi, Loc. Cit
       [9] Mahmud, Sosiologi Pendidikan, ( Bandung : Pustaka Setia, 2012 ), hlm.163
       [10] Ibid.
       [11] Uhar Suharsaputra, Op. Cit, hlm. 34-35
       [12] Abdullah Idi, Op. Cit, hlm. 158
       [13] Ibid, hlm. 158-159
       [14] Ibid.
       [15]Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, ( Bandung : Remaja Rodaskarya,2010), hlm. 161
       [16] Ngalim Purwanto, Op. Cit, hlm. 160
        [17] Ibid.
       [18] Ibid.
       [19] Ibid.