PENDAHULUAN
Sekolah adalah sebuah konsep yang mempunyai makna ganda.
Pertama, sekolah berarti suatu bangunan atau lingkungan fisik dengan segala
perlengkapannya yang merupakan tempat untuk menyelenggarakan proses pendidikan
tertentu bagi kelompok manusia tertentu. Dengan demikian, apabila kita
mendengar perkataan “sekolah” maka yang terbayang adalah lingkungan fisik
seperti itu. Bayangan sekolah sebagai lingkungan fisik seperti itu
diperkuat dengan keseragaman relative mengenai bentuk bangunan dan perlengkapannya,sehingga
dapat dikatakan bahwa kondisi fisik sekolah-sekolah yang sejenis dan setingkat
relative sama. Kedua,sekolah berarti suatu proses atau kegiatan belajar
mengajar. Kita bisa menggunakan istilah “menyekolahkan” anak, atau
mengatakan”anak saya bersekolah SMP Negeri 1”. Dalam hal ini apabila
mendengar perkataan”sekolah”maka yang terbayang di kepala kita adalah proses
pendidikan itu sendiri.
Jadi dalam hal ini sekolah dipandang
sebagai sebuah pranata untuk memenuhi kebutuhan khusus tertentu. Bisa juga
“sekolah”diartikan sebagai sebuah organisasi ,yaitu organiasi social yang
mempunyai struktur tertentu yang melibatkan sejumlah orang dengan tugas
melaksanakan suatu fungsi untuk memenuhi suatu kebutuhan. Sesungguhnya ketiga
pengertian itu selalu berdampingan,karena proses belajar berjalan dalam sebuah
lokasi dan diselenggarakan oleh organisasi yang mempunyai struktur dan tujuan
tertentu. Penampilan keterpaduan antara ketiga makna tersebut dipengaruhi oleh
berbagai factor seperti jumlah,tingkat usia, serta karakteristik lain yang
menandai orang-orang yang terlibat didalamnya serta tujuan,program kerja dan
kegiatan yang dilaksanakan,lama waktu penyelenggaraan,dan pendekatan yang
digunakan. Akan tetapi diantara semuanya itu terdapat persamaan yaitu bahwa
setiap lembaga yang dinamakan sekolah berperan mengurusi manusia,bukan
mengurusi benda-benda mati.
Dalam hal ini Setiap sekolah
memiliki komponen-komponen sarana fisik seperti lahan,bangunan (kantor, ruang
belajar,jamban,dan lain-lain),kurikulum,dan orang-orang (guru,pimpinan,karyawan
non edukatif, dan pelajar). Komponen-komponen tersebut menyumbang dengan fungsi
dan perannya untuk keberhasilan lembaga. Sebagai sebuah system,sekolah
mempunyai keterkaitan dengan sistem lain yang jumlahnya tidak sedikit. Sistem
luar itu meliputi antara lain orang tua siswa,komuniti sekitar sekolah dll.
Pola hubungan antara sekolah dengan system lain diwarnai dan diisi dengan
informasi-informasi yang berarah timbale balik. Input atau timbal balik itu
dapat berupa dorongan bagi sekolah untuk mengadakan perubahan pada struktur
atau interaksi edukatif di dalamnya atau untuk mempertahankan yang telah ada.
Umpan balik yang menimbulkan perubahan disebut morfogenis,sedangkan yang
mendorong untuk mempertahankan corak struktur dan interaksi yang telah ada
dinamakan umpan balik yang bersifat morfostatis.
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN SEKOLAH SEBAGAI OARGANISASI
1. Sekolah
Kata sekolah berasal dari bahasa
latin, yakni skhole, scolae, skhoe atau scolae yang memiliki arti waktu luang
atau waktu senggang, dimana ketika itu sekolah adalah kegiatan diwaktu luang
bagi anak-anak ditengah kegiatan mereka, yakni bermain dan menghabiskan waktu
menikmati masa anak-anak dan remaja. Kegiatan dalam waktu luang adalah
mempelajari cara berhitung, secara membaca huruf dan mengenal tentang moral (
budi pekerti ) dan estetika ( seni ). Utuk mendampingi dalam kegiatan scola
anak-anak didampingi oleh orang ahli dan mengerti tentang psikologi anak,
sehingga memeberikan kesempatan-kesempatan yang sebebsar-besarnya kepada anak – anak untuk menciptakan sendiri dunianya melalui berbagai
pelajaran diatas.[1]
Kini, kata sekolah dikatakan sunarto
(1993 ), telah berubah berupa bangunan atau lembaga untuk belajar dan serta
tempat memberi dan menerima pelajaran,. Sekolah dipimpin oleh seorang kepala
sekolah, dan kepala sekolah dibantu oleh wakil kepala sekolah, jumlah kepala
sekolah bisa berbeda pada tiap sekolahanya, tergantung dengan kebutuhan.
Bangunan sekolah disusun meninggi untuk memenfaatkan tanah yang tersedia dan
dapat diisi dengna fasilitas yang lain. Ketersidiaan sarana pada suatu sekolah
memiliki peranan penting dalam terlaksanakan proses pendidikan.[2]
Sekolah adalah sebuah lembaga yang
dirancang un tuk pengajaran siswa atau murid di bawah pengawasan pendidik (
guru ). sebagian besar negara memiliki sistem pendidikan formal, yang umumnya
wajib, dalam upaya menciptakan anak didik agar mengalami kemajuan setelah
melalui proses pembelajaran. Nama- nama sekolah ini berfariasi menurut negara,
tetapi umumnya termasuk sekolah dasar untuk anak – anak muda dan sekolah
menengah untuk remaja yang telah menyelesaikan sekolah dasar.[3]
Ada pula sekolah non pemerintah,
yang yang disebut sekolah swasta ( private schools ). Sekolah suwasta mungkin
untuk anak- anak dengan kebutuhan khusus ketika pemerintah tidak bisa memberi
sekolah khusus bagi mereka, keagamaan, seperti sekolah Islam ( madrasah,
pesantren ) ; sekolah kristen, sekolah katolik, sekolah Hindu, sekolah Buda
atau sekolah khusus lainya yang memeiliki standar lebih tinggi untuk memepersiapkan prestrasi pribadi anak
didik.[4]
2. Organisasi
Robert Presthus dalam bukunya The
Organizational Society (1962) menyatakan bahwa masyarakat kita merupakan yang
terdiri dari organisasi-organisasi.[5] Pernyataan
tersebut menunjukkan betapa organisasi telah menjadi fenomena yang menonjol
dalam kehidupan. Jadi organisasi merupakan kumpulan
orang-orang yang bekerja sama untuk
mencapai tujuan bersama.
Menurut Sondang
P. Siagian organisasi adalah setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau
lebih yang bekerja sama untuk sesuatu tujuan bersama dan terikat secara formal.[6]
Atmosudirdjo berpendapat bahwa organisasi
adalah suatu bentuk kerja sama antara sekelompok orang-orang berdasarkan suatu
perjanjian untuk bekerja sama guna mencapai tujuan yang tertentu.[7]
Dari pendapat para ahli di atas
dapat kita simpulkan bahwa organisasi adalah sekelompok orang yang memiliki
visi dan misi sama yang saling berkaitan yang tidak dapat diganggu gugat dengan
yang lainnya, sehinnga organisasi itu dapat berjalan dengan lancar dan
sebagaimana mestinya.
3. Sekolah
Sebagai Organisasi
Sekolah sebagai organisasi adalah perkumpulan
sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang
tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat
dalam pembangunan bangsa dan Negara. Sebagai makhluk yang selalu hidup bersama-sama, manusia
membentuk organisasi sosial untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri. Terbentuknya lembaga sosial berawal dari
individu yang saling membutuhkan kemudian timbul aturan-aturan yang dinamakan norma kemasyarakatan . lembaga sosial sering pula dinamakn pranata sosail. [8]
Philip Robinson (1981) menyebut sekolah
sebagai organisasi yaitu unit sosial yang secara sengaja dibentuk untuk
tujuan-tujuan tertentu. Sekolah sengaja diciptakan untuk tujuan tertentu, yaitu
memeudahkan pengajaran sejumlah pengetahuan.[9]
Sekolah sebagai
organisasi memiliki perbedaan dengan organisasi lainnya, sebagai contoh dengan
organisasi pabrik atau klub sepak bola. Secara umum, yang membedakan segala
organisasi dari organisasi yang lainnya tujuan yang ingin dicapai. Sebuah
pabrik sepatu dipastikan memiliki tujuan menghasilkan barang-barang jadi berupa
alas kaki, sedangkan sekolah bertujuan menghasilkan individu-individu yang
terdidik.[10]
B.
SEKOLAH
SEBAGAI ORGANISASI PEMBELAJAR
Era global sekarang dengan tingkat
perubahan yang sangat pesat mengakibatkan banyak ketidakpastian masa depan yang
dilalui. Dengan ini menuntut setiap organisasi untuk mempersiapkan diri dalam
menghadapi permasalah tersebut. Berkaitan dengan lembaga pendidikan seperti
sekolah, Hoy dan Miskle (2001) menyatakan perlunya sekolah menjadi organisasi
pembelajar.[11]
Menurut Bischoff organisasi
pembelajar adalah organisasi yang mencari untuk menciptakan masa depannya,
menjadikan pembelajaran sebagai proses kretif yang terjadi berkesinambungan
bagi seluruh anggotanya, mengembangkan, beradaptasi, dan mentransformasikan
dirinya dalam menjawab kebutuhan serta aspirasi orang – orang di dalam
organisasi ataupun luar organisasi baik secara individu maupun kolaktif untuk
terus meningkatkan kapasitas mereka dalam berkarya sesuai dengan perannya dalam
organisasi.
Sekolah pada dasarnya merupakan
lembaga tempat di mana proses pembelajaran terjadi terutama dalam pemahaman
konvesional, di mana belajar dilakukan oleh siswa dan guru berupayah untuk
membelajarkan siswa agar dapat mencapai kompetensi yang diharapakan. Belajar
dan pembelajaran siswa akan makin meningkat dan berkualitas apabila seluruh
unsure dalam organisasi sekolah meningkat dan berkualitas sehingga kapasitas
organisasi sekolah terus mengalami peningkatan dan perluasan kearah yang lebih
baik dan produktif dalam perubahan dewasa ini.
Sebagai lembaga pendidikan tempat
terjadinya proses pembelajaran maka mengelola organisasi sekolah memerlukan
kebijakan manajemen dan kepemimpinan yang dapat memberi ruang bagi tumbuh dan
berkembangnya kreativitasnya dan inovasi. Oleh karena itu, organisasi perlu
mengelola hal tersebut secara efektif untuk dapat menumbuhkan sinergitas dalam
organisasi di antara berbagai individu yang terlibat di dalamnya.
C.
FUNGSI-
FUNGSI SEKOLAH SEBAGAI ORGANISASI DAN SASARAN ORGANISASI SEKOLAH
Sekolah sebagai organisasi sosial
dalam sosiologi, peran dan fungsinya sebagai berikut :[12]
1. Fungsi
manestifasi pendidikan
Yaitu membantu orang
mencari nafkah ; menolong mengembangkan potensinya demi pemenuhan kebutuhan
hidupnya ; melestarikan kebudayaan dengan cara mengajarkanya kepada generasi
kegenerasi berikutnya; merangsang partisipasi demokrasi melalui pengajaran
keterampilan berbicara dan mengembangkan cara berfikir rasional dan lain-lain
2. Fungsi
laten lembaga pendidikan
Dimana fungsi ini
bertalian dengan fungsi pendidikan secara tersembunyi yakni menciptakan atau
melahirkan kedewasaan anak didik.
Dikatakan Horton
dan Hurt( 1996 ) bahwa ada empat jenis sasaran organisasi sekolah. Tiap sasaran
meliputi titik tolak pandangan terhadap organisasi sekolah dari empat pandangan
itu, diharapkan dapat memahami tentang organisasi sekolah. Yaitu :[13]
Pertama,
sasaran
formal dimana ruang lingkup sasaran ini meliputi tujuan formal dari suatu
organisasi, wujud dari sasaran ini tercantum dalam aturan-aturan tertulis.
Tuntutan formal organisasi menghendaki agar tugas dan tanggung jawab dalam
penyelenggaraan sekolah Untuk mencapai tujuan dibagi secara merata dengan baik
sesuai dengan kemampuan, fungsi dan wewenang yang telah ditentukan. Melalui
stuktur organisasi yang ada, tercermin
adanya tugas dan wewenang kepala sekolah, tugas dan guru dan staf administrasi
sekolah.
Kedua,
sasaran
informal, dimana tidak sepenuhnya bekerja sesui dengan ketentuan formal. Dalam
banyak hal, lebih dimodifikasi oleh tiap anggotanya sesuai dengan kapasitas
pemaknaan kesadaran mereka tentang organisasi. Di sekolah seorang kepala
sekolah mungkin mendapat tanggung jawab sebagai pemimpin dan penguasa formal
tertinggi. Akan tetapi, pemnerimaan dan pola fikir serta tingkah laku kepala
sekolah merupakan konstruksi pemahaman subjektifnya dalam kelangsungan hubungan
dengan berbagai pihak dilingkungan sekolahnya. Jadi, sasaran informal merupakan
interprestasi dan modifakasi sasaran – sasaran formal dari seluruh anggota yang
terlibat langsung pada wadah organisasi. Sasaran ini mencakup pula persepsi
masing – masing indifidu dan menjadi tujuan kegiatan pribadi dalam organisasi.
Masing – masing siswa tentunya memiliki tujuan yang berfariasi dalam
kelangsungan setatusnya sebagai pelajar. Mungkin ada yang berharap mendapat
prestasi akademik tinggi atau memperoleh ijazah, serta ada juga yang hanya
menjalankan taradisi masyarakat. Seorang pendidik mungkin hanya untuk mencari
gaji, tetapi sebagianlainya masih memiliki loyalitas dan komitmen sebagai
pedidik.
Ketiga,
sasaran
idealogis. Seperti tersirat dalam istilah tersebut, sasaran idealogis bertalian
dengan seperangkat sistem eksternal atau sistem nilai yang diyakini bersama.
Dalm hal ini, nuansa budaya pada pengertian sebagai suati sistem pengetahuan,
gagasan dan idea yang dimiliki suatu kelompok masyarakat yang berfungsi sebagai
landasan pijak dan pedoman bagi masyarakat itu dalam bersikap dan berorilaku
dalam lingkungan alam dan sosial tempat mereka bernaung . hal inimerupakan
penjabaran dari pengaruh idealogis terhadap organisasi. Sasaran ini mayoriti pengaruh interaktif
kultural idealogis yang dianut oleh sebagian besar manusia dalam manangkap,menyikapi
dan merespons ekstensi organisasi. Suatu bangsa umumnya memiliki semangat yang
tinggi untuk meraih prestasi vertikal, sementara sekolah merupakan wadah yang
cukup strategis bagi mansia untuk menopang ambisi mobilitas vertikalnya. Maka,
bisa diamsusikan hampir sebagian besar warga sekolah maupun masyarakat akan
mengarahkan keyakinan kultural tersebut dalam memaknai keberadaan sekolah.
Keempat, sasaran-sasaran
lain yang kurang begitu kuat. Penekanan sasaran ini akan menonjol pada suatu
proses aktifitas organisasi yang biasa. Berkurangnya pendaftaran di
dekolah-sekolah dan universitas dapat mengubah secara luas peran para pendidik
atau organisasi ruang sekolah, termasuk rasioi pendidik ( guru ) terhadap anak
didik ( siswa ) beserta kelas – kelas yang terpesialisasi . jika tidak,
sejumlah pendidik akan menganggur.
Dari pendapat Horton
dan Hurt ( 1996 ) tentang jenis sasaran sekolah di atas, mengisaratkan suatu
pola pandang berbeda dari pandangan umum tantang sekolah. Sebagai organisasi,
sekolah bukan hanya sekedaar tumpukan peran-peran tumpukan struktural yang
kakau, statis dan jalur kerja yang serba mekanistis belaka. Mekanisme itu
mengalam dinamika akualisasi melalui aneka ragam interpretasi para anggota yang
melatarbelakangi perilaku manusia dalam mengembangkan peran dan status yang
berbeda beda.[14]
D.
FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI SUSUNAN ORGANISASI SEKOLAH
Ada beberapa faktor yang dapat
memepengaruhi perbedaan dalam susunan organisasi sekolah, antara lain :[15]
1. Besar
kecilnya sekolah
Ada sekolah yang
mempunyai banyak merid, banyak guru dan banyak pula ruangan belajarnya, tetapi ada
pula yang sebaliknya. Ada sekolah yang banyak murid-muridnya, tetapi tidak
cukup guru-gurunya, tidak cukup ruangan belajarnya, dsb
2. Letak
sekolah
Sekolah yang berada
dikota besar berlainan sekolah di kota kecil, dikota kecamatan, di pegunungan,
dipinggir pantai, dsb. Letak sekolah atau lingkungan sekolah menentukan
tokoh-tokoh masyarakat siapakah yang perlu diikut sertakan didalam membangun dan membina sekolah itu.
3. Jenis
dan tingkatan sekolah
Sekolah kejurusan
berbeda dengan sekolah umum, sekolah dasar berbeda dengan SLP/SLA, dan berbeda
pula dengan perguruan tinggi.
E.
PENTINGNYA
ORGANISASI SEKOLAH YANG BAIK
Sekolah, sebagai suatu lembaga
pendidikan yang didalamnya terdapat kepala sekolah, guru-guru, pegawai tata usaha dan murid-murid, memerlukan adanya
organisasi yang baik agar jalanya sekolah itu
lancar menuju kepada jalanya.[16]
Menurut sistem persekolahan di
Negeri kita, pada umumnya kepala sekolah merupakpan jabatan yang tertinggi di sekolah itu sehingga dengan demikian
kepala sekolah memegang perananan dan pimpinan segala sesuatunya yang
berhubungan dengan tugas sekolah dengan demikian kepala sekolah memegang
peranana dan pimpinan segala sesuatunya yang berhubungan drngan tugas sekolah
ke dalam maupun keluar. Maka dari itu, dalam stuktur organisasi sekolah sekolah
pun kepala sekolah biasanya selalu didudukan di tempat yang paling atas.[17]
Fktor lain yang menyebabkan perlunya
organisasi sekolah yang baik ialah karena tugas guru-guru tak hanya mengajar
saja juga pegawai- pegawai tata usaha, pesuruh dan penjaga sekolah dan
lain-lain. Semuanya harus bertanggung jawab dan didkut sertakan dalam
menjalankan roda sekolah itu secara keseluruhan. Dengan demikian agar janga
terjadi tabrakan dalam memegang atau menjalankan tugasnya masing-masing,
diperlukan organisasi sekolah yang baik dan teratur.[18]
Dengan organisasi sekolah yang baik
dimaksudkan agar pembagian tugas dan tanggung jawab dapat merata kepada semua
orang sesuai dengan kecakapan dan fungsinya masing- masing. Tiap orang mengerti
dan menyadari tugasnya dan tempatnya didalam setruktur organisasi itu. Dengan
demikian dapat dapat dihindari pula adanya tindakan yang sewenang-wenang atau
otoriter dari kepala sekolah, dan sebaaliknya dapat diciptkan danya suasana
yang demokratis didalam menjalankan roda sekolah ini.[19]
KESIMPULAN
Sekolah sebagai organisasi adalah
perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum
maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana partisipasi
masyarakat dalam pembangunan bangsa dan Negara.
Sekolah sebagai organisasi sosial
dalam sosiologi, peran dan fungsinya sebagai berikut :
1. Fungsi
manestifasi Pendidikan
2. Fungsi
Laten Lembaga Pendidikan
Ada
beberapa faktor yang dapat memepengaruhi perbedaan dalam susunan organisasi
sekolah, antara lain :
1. Besar
Kecilnya Sekolah
2. Letak
Sekolah
3. Jenis
dan Tingkatan Sekolah
DAFTAR PUSTAKA
Idi,
Abdullah. 2011. Sosio Logi Pendidikan. Jakarta
: Raja Grafindo Persada
SuharSaputra,
Uhar. 2013. Administrasi Pendidikan. Bandung
: Refika Aditama
Mahmud.
2012. Sosiologi Pendidikan. Bandung :
Pustaka Setia
Purwanto, Ngalim. 2010. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung
: Remaja Rodaskarya
Thank u....semoga bisa bermanfaat
BalasHapussangat membantu..terimakasih
BalasHapusSangat bagus mas... Bisa di tambah lagi makalah lainnya
BalasHapusthanks..sangat bermanfaat.
BalasHapusLucky Club Casino Site » The Best Casino Sites for 【2021】
BalasHapusLucky Club online casino gives you luckyclub.live the opportunity to place your bets and have fun at the best gambling sites in the world. Find top site to play