Minggu, 21 Agustus 2016

Manajemen Kurikulum dalam Satuan Pendidikan


PENDAHULUAN.
Keberhasilan suatu kurikulum itu sangat tergantung kepada kurikulum itu dilaksanakan atau di implementasikan. Sebaik apapun kurikulum secara tertulis itu dirancang, namun apabila dalam pelaksanaanya tidak didukung oleh berbagai unsur maka kurikulum itu akan mencapai hasil yang diharapkan. Untuk memahami dan menganalisis mengenai praktis atau implementasi pengembangan kurikulum yang diharapkan memiliki kemampuan menganalisis tahap-tahap pengembangan kurikulum.
Kurikulum juga memegang kedudukan penting dalam pendidikan. Sebab dalam pengembangan kurikulum seorang pengembang kurikulum biasanya menggunakan beberapa tahapan yang dipegangnya sebagai acuan agar kurikulum yang dihasilkan itu memenuhi harapan semua pihak yang terlibat.
                                                                                             










PEMBAHASAN
A.    Manajemen kurikulum dalam satuan pendidikan
Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa kurikulum adalah suatu hal yang sangat penting dalam sebuah pendidikan. Secara umum ia sebagai rencana yang dikembangkan untuk memperlancar proses belajar mengajar dengan arahan dan bimbingan kepala sekolah beserta stafnya. Arahan atau bimbingan dari pihak sekolah kepada warga sekolahnya dimaksudkan agar kegiatan pengajaran atau proses belajar mengajar yang dilakukan dapat berjalan dengan lancar.[1]Dengan kata lain pokok dalam kurikulum berkenaan dengan perencanaan kegiatan peserta didik, yaitu kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan selama bersekolah dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditentukan.
Dalam perumusannya pemerintah pusat perlu meumuskan dan menetapkan kurikulum standar bersifat Nasional (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar) yang berfungsi sebagai acuan pengembangan kurikulum untuk pengembangan kurikulum pada tingkat satuan Pendidikan atau sekolah. Berkaitan dengan hal tersebut pihak daerah maupun sekolah bertugas mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan sesuai dengan kondisi kebutuhan, dan kemampuan daerah atau sekolah yang bersangkutan. Kurikulum tidak lain adalah sebuah program yang bukan hanya mencangkup pengertian materi seperti kebanyakan orang mengartikan melaiknkan memuat juga perencanaan tentang kegiatan yang akan dilaksanakan sehingga kurikulum tersebut berfungsi sebagai pedoman perencanaan. Guru adalah titik sentral suatu kurikulum. Berkat usaha guru, maka akan timbul kegairahan belajar siswa sehingga memacunya lebih keras untuk mencapai tujuan belajar mengajar yang bersumber dari tujuan kurikulum. Dengan demikian, seluruh komponen Pendidikan yang meliputi pendidik, kepala sekolah, peserta didik, dan lain-lain harus ikut aktif dalam mewujudkan kurikulum yang telah ditentukan pemerintah demi tercapainya tujuan sekolah itu sendiri.[2]

B.     Tahap-tahap Manajemen Kurikulum dalam Satuan Pendidikan
Sebuah kurikulum yang dipertimbangkan dengan baik dengan tidak meninggalkan nilai-nilai budaya bangsa dan disusun berdasarkan situasi dan kondisi masyarakat merupakan faktor yang sangat penting dalam proses kependidikan dalam proses lembaga pendidikan. Segala hal yang harus diketahui atau diresapi dan dihayati harus ditetapkan dalam kurikulum. Juga segala hal yang harus diajarkan oleh pendidik kepada peserta didiknya pun harus dijabarkan dalam kurikulum. Karena sebuah satuan pendidikan yang baik, ia akan melaksankan kurikulum berkoordinasi dengan semua lapisan kependidikan.
            Pengelolaan kurikulum harus diarahkan agar proses pembelajaran berjalan dengan baik, dengan tolak ukur pencapaian tujuan oleh siswa. Yang menjadi masalahny adalah bagaimana strateginya agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Dalam konteks ini guru didorong untuk terus menyempurnakan strategi tersebut. Pengelolaan kurikulum di sekolah harus melalui beberapa tahapan, dimana Nanang Fattah membagi paling tidak ada 4 tahapan didalamnya yaitu:
1.      Tahap Perencanaan
Pada tahap ini kurikulum perlu dijabarkan sampai menjadi rencana pencapaian. Perencanaan merupakan proyeksi tentang apa yang harus dipenuhi untuk mencapai tujuan dengan berbagai pertimbangan sistemik, terarah, dan disengaja.[3] Perencanaan bertujuan untuk mencapai seperangkat operasi yang konsisten dan terkoordinasi guna memperoleh hasil-hasil yang diinginkan. Perencanaan harus disusun sebelum pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen lainnya sebab menentukan kerangka untuk melaksanakaan fungsi lainnya itu. Secara mendasar, perencanaan adalah suatu proses intelektual yang melibatkan pembuatan keputusan. Proses ini menuntut prediposisi mental untuk berfikir sebelum bertindak, berbuat berdasarkan kenyataan bukan  perkiraan, dan berbuat sesuatu secara teratur. Hal ini merupakan tindakan kognitif sesuai dengan permintaan perencanaan.
Pada tahap perencanaan ini perlu juga dijabarkan menjadi rencana pembelajaran (RP). Guru melakukan persiapan yang komprehensif sebelum melakukan proses belajar mengajar dikelas. Pada tahap ini guru melakukan persiapan dari mulai tujuan pembelajaran, materi yang akan disampaikan, metode yang tepat yang akan digunakan, media dan alat yang mendukung proses pembelajaran buku sumber atau referensi, dan alat evaluasi yang akan diterapkan.
Merencanakan pada dasarnya menentukan kegiatan yang hendak dilakukan pada masa depan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengatur berbagai sumber daya agar hasil yang dicapai sesuai dengan yang diharapkan. Perencanaan merupakan penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan menetapkan jalan dan sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu seefektif dan seefisien mungkin.
Suatu rencana yang baik terdiri dari 5 unsur khusus:
a.       Tujuan dirumuskan secara jelas
b.      Komprehensif, namun jelas bagi staf dan para anggota organisasi
c.       Hierarki, rencana, dan terfokus pada daerah yang paling penting
d.      Bersifat ekonomis, mempertimbangkan sumber-sumber yang tersedia
e.       Layak, memungkinkan perubahan[4]

2.      Tahap pengorganisasian dan pengkoordinasi
Pengorganisasian dapat dilihat dari 2 pendekatan, yakni secara struktural dalam konteks manajemen, dan secara fungsional dalam konteks akademi atau kurikulum. Pengorganisasian kurikulum seyogyanya dilihat dari kedua pendekatan tersebut, yakni dalam konteks manajemen dan dalam konteks akademik.
      Kepala sekolah dalam tahapan ini mengatur pembagian tugas mengajar, penyusunan jadwal pelajaran, dan jadwal kegiatan ekstrakurikuler. Pada tahap perencanaan seluruh aspek yang berkaitan dengan proses pembelajaran dipersiapkan secara matang dan menyeluruh agar pada tahap pengorganisasian dan koordinasi dapat dilaksankan dengan sebaik-baiknya.[5]
      Suatu organisasi sangat diperlukan untuk melaksanakan proses manajemen, yakni:
a.       Organisasi perencanaan kurikulum
b.      Organisasi dalam rangka pelaksanaan kurikulum
c.       Organisasi dalam evaluasi kurikulum
Pada masing-masing jenis organisasi tersebut dilaksankan oleh suatu susunan kepengurusan yang ditentukan sesuai dengan struktur organisasi dengan tugas-tugas tertentu.
Secara akademik,organisasi kurikulum dikembangkan dalam bentuk-bentuk organisasi sebagai berikut:
a.       Kurikulum mata ajaran
b.      Kurikulum bidang studi
c.       Kurikulum integrasi
d.      Core curriculum[6]

3.      Tahap pelaksanaan
Dalam tahap ini tugas utama kepala sekolah adalah melakukan supervisi untuk membantu guru menemukan dan mengatasi kesulitan yang dihadapi. Dengan cara itu, guru akan merasa didampingi pimpinan sehingga akan menambah semangat kerjanya. Pada tahap ini merupakan tahap yang paling menentukan apakah sekolah dibawa kepemimpinan kepala sekolah dapat mewujudkan program sekolah atau tidak. Perencanaan, pengoragnisasian, dan pengkoordinasi telah disusun akan dibuktikan keberhasilan dalam tahap pelaksanaan ini.
Mutu pembelajaran dapat dilaksanakan dengan baik apabila guru dan kepala sekolah bersam-sama untuk membuka diri terhadap masukan atau kritikan yang meembangun.[7]
4.      Tahap pengendalian
Didalam tahap ini paling tidak dua aspek yang perlu diperhatikan yaitu jenis evaluasi yang dikaitkan dengan tujuan dan pemanfaatan hasil evaluasi. Pelaksanaan pembelajaran berjalan secara efektif atau tidak dapat diketahui melalui kegiatan evaluasi. Evaluasi ini penting dilakukan secara benar karena bertujuan untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran yang telah dilakukan berjalan atau tidak sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Disamping itu evaluasi yang dilakukan oleh guru dapat menjadi masukan untuk mengetahui kesulitan yang dihadapi oleh siswa. Dari sekian banyak siswa tentunya ada diantara mereka yang menemui kesulitan dalam belajar. Siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat dilakukan pemantapan atau perhatian khusus agar tidak ketinggalan dan dapat menyesuaikan diri dengan siswa lain. Dalam mengatasi kesulitan belajar siswa perlu dicarikan solusinya, disalurkan dengan remidial, pemantapan, belajar dengan teman sejawat yang lebih pandai, atau membentuk kelompok belajar yang dibimbing oleh guru.
Dengan demikian evaluasi juga dapat menjadi umpan balik bagi guru untuk memperbaiki proses pembelajaran selanjutnya. Agar evaluasi yang dilakukan sesuai dengan tujuan yang diharapkan perlu diperhatikan dari mulai persiapan awal, menyiapkan bahan-bahan evaluasi yang diperlukan, menyusun kisi-kisi evaluasi, menyusun bentuk tes, menyusun butir-butir soal, movalidasi, menyiapkan jawabannya, mebuat jadwal pemeriksaan serta penyerahan hasil evaluasi dengan tepat waktu.
Kepala sekolah berperan dalam pengedalian sistem evaluasi agar evaluasi dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Subandijah penilaian dalam pembelajaran dapat dilakukan
a.       Cara lisan, misalnya dengan tanya jawab atau diskusi
b.      Cara tertulis, misalnya laporan, karangan, tes dan lain-lain
c.       Penilaian hasil karya peserta didik, seperti gambar model, alat sederhana dan lain-lain[8]
C.     Tahap-tahap Pengembangan Kurikulum
Kurikulum yang terjadi di Indonesia dilaksanakan secara bertahap. Dalam kaitannya dengan hal ini, ada tiga tahap pengembangan kurikulum, yaitu:
1.      Pengembangan kurikulum tingkat Lembaga
Tahap pengembangan kurikulum tingkat lembaga ini masih bersifat umum. Materi didalamnya mencakup tiga kegiatan pokok, yaitu:
a.       Perumusan tujuan institusional
b.      Penetapan isi dan struktur program
c.       Penyusunan strategi pelaksanaan kurikulum secara keseluruhan

2.      Pengembangan kurikulum tingkat setiap bidang studi
Kegiatan dalam pengembangan program pada setiap bidang studi mencakup:
a.       Menyusun tujuan kurikuler
b.      Merumuskan tujuan intruksional umum,
c.       Menetapkan pokok bahasan.
3.      Pengembangan pengajaran di kelas
Yang menggunakan berbagai media sudah cukup baik untuk proses mengajar dikelas. Dalam mengembangkan suatu materi, sang guru harus lebih kreatif ketika menyajikan pokok bahasan. Karena, ketika guru memberikan sesuatu yang baru dalam mengajar, maka para siswa akan lebih bersemangat untuk mengetahui apa yang selanjutnya akan terjadi. Terdapat beberapa pengembangan materi yang bisa dilakukan dalam proses pembelajaran,seperti:
1.      Menjelaskan secara detail bagaimana hal tersebut terjadi
2.      Menceritakan dari mana asal mulanya suatu hal bisa terbentuk
3.      Kemudian menyuruh murid-murid membuat hal lain dari materi tersebut.[9]

D.    Landasan Kurikulum
Terdapat empat landasan kurikulum menurut Sukmadinata yaitu:
1.      Landasan filosofis
Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kurikulum. Sama halnya seperti dalam filsafat pendidikan, terdapat berbagai aliran filsafat. Dalam pengembangan kurikulum juga senantiasa berpijak pada aliran-aliran filsafat tertentu sehingga akan mewarnai terhadap konsep dan implementasi kurikulum yang di kembangkan.
2.      Landasan psikologis
Dalam landasan psikologis terdapat dua bidang psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum yaitu:
a.       Psikologi perkembangan
b.      Psikologi belajar
3.      Landasan sosial budaya
Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Karena pendidikan merupakan usaha mempersiapkan peserta didik untuk terjun kelingkungan masyarakat. Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan semata, tetapi memberikan bekal pengetahuan, keterampilan, serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut di masyarakat.
4.      Landasan ilmu pengetahuan dan teknologi
Perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama dalam bidang transportasi dan komunikasi telah mampu mengubah tatanan kehidupan manusia. Oleh karena itu, kurikulum sepatutnya dapat mengakomodir dan mengantisipasi laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga peserta didik dapat mengimbangi dan sekaligus mengembangkan ilmu pengetahuan teknologi untuk kemaslahatan dan kelangsungan hidup manusia.[10]




KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Proses atau tahap-tahap dalam manajemen kurikulum meliputi semua pengalaman di dalam lingkungan pendidikan, baik yang direncanakan maupun yang tidak direncanakan, yang memiliki dampak terhadap belajar dan pengembangan personal individu siswa. Kurikulum juga sangat penting bagi Pendidikan dan proses didalam Pendidikan tersebut.
Tahap-tahap dalam kurikulum sendiri ada 4 yaitu Tahap Perencanaan, tahap pengorganisasian, tahap pelaksanaan, dan tahap pengendalian. Sedangkan landasan didalam kurikulum ada 4 yaitu landasan filosofis, psikologis, sosial budaya, dan ilmu pengetahuan dan teknologi. Baik tahap-tahap dalam kurikulum maupun landasan kurikulum berpengaruh bagi Pendidikan, pendidik dan peserta didik.
                                                                           















DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, Oemar. 2012. Manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung:             PT. Remaja Rosdakarya
Ovianti, Fitri, dkk. 2015. Manajemen Kurikulum Dan Pembelajaran,          Palembang: Noer Fikri Offset
Subandijah. 1996. Pengembangan Dan Inovasi Kurikulum, Jakarta: PT.      Raja Grafindo Persada
Rivai, Veithzal dan Sylviana Murni. 2012. Education Management,             Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada





[1] Fitri oviyanti,dkk. Manajemen Kurikulum Dan Pembelajaran. ( palembang: Noer Fikri Offset, 2015 ) hlm. 29
[2] Ibid., hlm. 30-31
[3] Ibid., hlm. 33
[4] Oemar Hamalik. 2012. Manajemen Pengembangan Kurikulum. ( Bandung: PT.Remaja Pusda Karya) hlm.136
[5] Fitri Oviyanti,dkk, op.cit., Hlm. 34
[6] Oemar Hamalik, op.cit., Hlm. 137
[7] Fitri Oviyanti,dkk, op.cit., Hlm. 36
[8] Ibid, Hlm. 37-39
[9] Subandijah. Pengembangan Dan Inovasi Kurikulum, ( Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada. 1996 ) hlm. 215-217
[10] Veithzal Rivai dan Sylviana Murni. Education Management. ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2012 ) hlm. 182-186

2 komentar: